Sabtu, 24 Maret 2012
Mengapa TUHAN Menjatuhkan Batu di Atas Kepala Kita
13.27
Seorang pekerja pada sebuah proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak tetapi temannya tdk bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan teman tersebut.
Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yg sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yg berisi pesannya.
TUHAN kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali TUHAN memberi nikmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih tepat jika TUHAN menjatuhkan "batu" kepada kita.
Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yg sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yg berisi pesannya.
TUHAN kadang-kadang menggunakan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali TUHAN memberi nikmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu memang lebih tepat jika TUHAN menjatuhkan "batu" kepada kita.
Suatu ketika ada orangtua yg memiliki empat orang anak yg katanya selalu saja membuat masalah, katanya anak pertamanya cerewet bukan main, suka berkelit, dan memaksakan kehendaknya. Anak yang kedua lain lagi, pendiamnya bukan main sampai-sampai ia merasa sulit untuk mengajaknya bicara. Beda lagi dengan anak ketiganya, sifatnya sangat keras, hingga hampir setiap hari pasti bertengkar dengan orang tuanya. Lantas bagaimana dengan yang terakhir... yang ini luar biasa cuek...males... kerjanya hanya main dan main lagi dengan teman-temannya...
Sesungguhnya tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan mengenai keempat anaknya, melainkan hanya memiliki sifat yang berbeda--beda dan membutuhkan pendekatan yang berbeda pula dan bukan kekurangan yang setiap saat harus di keluhkan. Seharusnya orangtua bisa lebih melihat sisi posistif dari anak-anaknya dan berfokus serta bersyukur atas adanya perbedaan sifat-sifat tersebut, yang sepertinya saling melengkapi satu sama lain.
Namun... sayang sekali orang tua ini tidak bisa menerima keadaan tersebut dan terus saja mengeluh...
Sampai suatu ketika dalam sebuah perjalanan wisata bersama, keluarga ini mengalami kecelakaan yg sangat fatal dan telah merenggut jiwa ke-4 anaknya. Jadilah orang tua ini menangis sejadi-jadinya meratapi kematian anak-anaknya. Namun apa hendak dikata..... rupanya yang menitipkan telah memutuskan untuk mengambil kembali titipan-Nya karena mungkin kecewa telah di perlakukan tidak sesuai harapan-Nya.
Terkadang kita sebagai orangtua lupa untuk mensyukuri betapa luar biasanya ciptaan TUHAN yang dititipkan pada kita yg kita sebut sebagai anak-anak kita.... namun sayangnya kita sering kali buta dan tuli untuk bisa melihat dan mendengar pesan-pesan TUHAN melalui setiap perilaku anak kita. Sehingga pada akhirnya TUHAN perlu menjatuhkan batu di atas kepala kita agar kita para orangtua mau menengadahkan wajah untuk bersyukur dan mau memahami pesan-pesan TUHAN melalui titipan-Nya, bukannya terus-menerus mengeluh dan mencari kekurangannya.
Sekarang juga, marilah kita menengadahkan wajah dan bersyukur kepada TUHAN.
Namun... sayang sekali orang tua ini tidak bisa menerima keadaan tersebut dan terus saja mengeluh...
Sampai suatu ketika dalam sebuah perjalanan wisata bersama, keluarga ini mengalami kecelakaan yg sangat fatal dan telah merenggut jiwa ke-4 anaknya. Jadilah orang tua ini menangis sejadi-jadinya meratapi kematian anak-anaknya. Namun apa hendak dikata..... rupanya yang menitipkan telah memutuskan untuk mengambil kembali titipan-Nya karena mungkin kecewa telah di perlakukan tidak sesuai harapan-Nya.
Terkadang kita sebagai orangtua lupa untuk mensyukuri betapa luar biasanya ciptaan TUHAN yang dititipkan pada kita yg kita sebut sebagai anak-anak kita.... namun sayangnya kita sering kali buta dan tuli untuk bisa melihat dan mendengar pesan-pesan TUHAN melalui setiap perilaku anak kita. Sehingga pada akhirnya TUHAN perlu menjatuhkan batu di atas kepala kita agar kita para orangtua mau menengadahkan wajah untuk bersyukur dan mau memahami pesan-pesan TUHAN melalui titipan-Nya, bukannya terus-menerus mengeluh dan mencari kekurangannya.
Sekarang juga, marilah kita menengadahkan wajah dan bersyukur kepada TUHAN.
Categorized | Artikel | Diposting oleh Alfain Toll Salam
Artikel Lainnya: Artikel
Anak bisa baca itu BIASA.
Anak punya MINAT baca itu baru LUAR BIASA.
Ayo kita wariskan MINAT belajar pada anak sejak usia dini bersama biMBA-AIUEO.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Responses to “Mengapa TUHAN Menjatuhkan Batu di Atas Kepala Kita”
25 Maret 2012 pukul 19.38
autokritik sist...................................
Posting Komentar